Tanjung Jabung Timur, nusantaranews86.id – Pupuk bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya mendapat subsidi dari Pemerintah untuk kebutuhan petani yang dilaksanakan atas dasar program Pemerintah.
Hal itu membuktikan bentuk keseriusan pemerintah dalam menjaga ketahanan pangan. Dengan kebijakan ini, tentunya pemerintah ingin meningkatkan produktivitas pertanian. Untuk itu, dalam penyalurannya hendaknya masyarakat turut bersama-sama memantau dan mengawal kebijakan pupuk subsidi agar lebih tepat sasaran sesuai aturan yang telah ditentukan.
Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi khususnya di Desa Lambur 1 Kecamatan Muara Sabak Timur, masyarakat petani sepertinya masih kesulitan mendapatkan pupuk subsidi yang dimaksud.
Dari wawancara yang dilakukan kepada Ketua Kelompok Tani Bina Karya “Sinto Pranoto” di Desa Lambur 1 beberapa hari yang lalu, bahwa hingga masuk masa tanam saat ini, ia bersama anggota kelompoknya belum mendapatkan pupuk subsidi meski telah menyetorkan uang kepada pihak Pengecer setempat sejak bulan Juni lalu. Selain itu, Sinto Pranoto juga menyebutkan Ia tidak pernah mendapatkan pupuk Subsidi sejak bulan Januari 2022.
Yang lebih mirisnya, meski katanya pengajuan pupuk subsidi berdasarkan mekanisme Rincian Defenitif Kebutuhan Kelompok ( RDKK ), akan tetapi apabila pupuk subsidi datang, para kelompok tani harus rebutan mengambil pupuk dengan membawa mobil, kalau tidak seperti itu maka tidak akan kebagian.
“Itu kemarin ada kelompok tani yang dapat hampir 100 sak, kami yang belum dapat, itulah yang repotnya Pak dan juga herannya saya di situ, apabila tidak mendapatkan pupuk juga saya akan melaporkan ke pihak Dinas, “ungkap Sinto Pranoto.
Selain itu, karena pupuk subsidi tak kunjung datang, ia harus membeli pupuk nonsubsidi subsidi dengan harga Rp. 15000/kg.
Hal itu terpaksa dilakukan demi memenuhi kebutuhan karena tidak ada lagi sama sekali pupuk urea untuk pemupukan bibit padi karena waktunya sudah terlambat ketimbang ia tidak bisa bercocok tanam.
Melihat kondisi yang demikian, Sinto Pranoto berharap agar penyalur pupuk subsidi bekerja yang benar, seharusnya untuk petani pangan diutamakan kalau bisa diprioritaskan, kalau untuk perkebunan gak apa-apa, ditunda juga gak apa-apa dan walaupun beli pupuk nonsubsidi masih kuat, tapi kalau padi bagaimana, meski kuat membeli tapi tidak sesuai dengan hasil panennya karena pupuk nonsubsidi mahal harganya, berkisar Rp. 550.000/sak isi 50kg jenis urea dan di ecerkan dengan harga Rp.15000/kg, “ungkapnya pula kepada awak Media.
Sinto Pranoto berniat, apabila nanti tidak kebagian lagi pupuk subsidi, ia berencana menarik kembali uang yang telah disetorkan kepada pengecer dari pada dirinya gagal menanam padi, dan ia juga menyebutkan para anggotanya juga sudah pada mempertanyakan terkait pupuk subsidi yang tidak kunjung datang dan mengajak untuk melakukan aksi demo.
Sementara itu, Sakimun selaku Pengecer pupuk subsidi yang berada di Desa Lambur 1 menyebutkan, bahwa bulan November ini mau dikirim, alasan adanya keterlambatan datang karena alokasi pada saat itu putus dan saat ini baru di ACC oleh kepala Dinas, itu sudah ia beri tahu kepada petani, mulai bulan November bisa ditebus lagi.
“Alokasinya pas kebetulan habis, tambah alokasi lagi jadi saya ngikut sajalah dari pemerintah, dan dibulan sebelas inilah ditebus lagi, “ujar Sakimun saat dihubungi melalui handphone.
Sakimun juga menyebutkan, bahwa pupuk subsidi tidak tiap bulan direalisasikan, dan ia mengakui bahwa pupuk subsidi dari bulan Juni hingga kini bulan November baru mau datang.
Penulis : Doni Riyadi.