Ketapang, Nusantaranews86.id – Kapolda Kalimantan Barat Irjen Pipit Rismanto membentuk tim khusus untuk menyelidiki kasus seorang warga di Kabupaten Ketapang yang dilumpuhkan personel Kepolisian karena menyerang petugas dengan senjata tajam, Jumat 7 April 2023 lalu.
Dikutip dari Buser86.id, Polda Kalbar melalui Kabid Humas Kombes Raden Petit Wijaya menyampaikan, tim khusus itu terdiri dari Propam dan Itwasda. Sementara kasus tersebut tetap ditangani Polres Ketapang dibantu oleh Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Kalbar.
“Terhadap Tindakan Penggunaan Kekuatan Kepolisian oleh anggota dalam melaksanakan tugas kepolisian, Kapolda Kalbar membentuk Tim Khusus dari unsur Pengawasan dalam hal ini Propam dan Itwasda,” ujar Kabid Humas di Mapolda Kalbar, Minggu (09/04/23).
“Hal itu dilakukan guna penyelidikan terkait prosedur (SOP) Tindakan Penggunaan Kekuatan Kepolisian anggota tersebut, apakah sudah sesuai atau tidak dengan Perkap No 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan Kepolisian,” sambungnya.
Kepada masyarakat, Raden Petit menghimbau agar menyerahkan permasalahan ini sepenuhnya kepada pihak yang berwenang, sehingga tidak terjadi disinformasi yang dapat menimbulkan opini negatif dan dimanfaatkan oleh oknum-oknum kelompok maupun oknum masyarakat untuk mengambil keuntungan dari permasalahan ini.
Menurut Raden Petit apabila dilihat dari beberapa saksi baik dari pihak istri maupun dari masyarakat yang menyaksikan kejadian tersebut, hal ini murni dari tindakan Kepolisian yang dilakukan oleh anggota yang mengalami luka-luka saat bertugas dilapangan dan warga masyarakat juga yang terkena amukan saudara A.
“Tinggal Prosedurnya saja nanti yang perlu dipastikan oleh Tim khusus yang sudah turun di lapangan,” ucapnya.
Seperti diberitakan sebelumnya telah terjadi penembakan terhadap warga Dusun Sebuak Desa Nanga Tayap Kecamatan Nanga Tayap Kabupaten Ketapang-Kalbar oleh seorang oknum polisi, hari Kamis 07 April 2023, pukul 15.30 wiba.
Pelaku Penembakan tersebut adalah Briptu Agus Rahmadian personil Bhabinkamtibmas Desa Nanga Tayap, sedangkan korban bernama Agustino (40th). Korban ditembak oleh pelaku di teras rumah dihadapan istri dan dua anak korban.
Kejadian ini bermula pelaku Briptu Agus Rahmadian bersama temanya Briptu Suhendri mendapat laporan dari seorang pengusaha bernama Akiang, terkait satu unit eksavator miliknya ditahan oleh korban.
Atas laporan itu, lalu ke dua polisi dari Polsek Nanga Tayap bersama orang-orang kepercayaan Akiang mendatangi rumah korban dengan maksud menyelesaikan permasalahan dan meminta korban mengembalikan alat berat tersebut. Namun upaya itu gagal bahkan menimbulkan penembakan.
Istri korban bernama Tanjung mengatakan penembakan tersebut secara brutal dilakukan di depan dia dan dua anaknya.
“Setidaknya ada tujuh kali tembakan. Tembakan pertama langsung kena dada suami saya dan langsung tersungkur ke tanah,” Kata istri korban
Menurut Tanjung, pada saat kejadian penembakan selain dua polisi ada juga anak buah Akiang (pemiik eksavator) sebanyak 10 orang yang datang ke rumah nya. Mereka semua berpakaian preman, dan senjata laras panjang milik polisi di simpan dalam mobil yang terparkir tidak jauh dari rumahnya. Hanya saja dikatakan, kejadian naas itu setelah dia pulang dari pasar.
“Saat mereka datang saya sedang ke pasar, sepulangnya dari pasar itulah saya melihat suami saya lagi duduk di rumah sudah berdebat dengan polisi. Tiba-tiba polisi itu marah-marah dan suami saya pun melempar polisi itu dengan sebuah korek api gas ke arah mereka,” terang Tanjung.
“Suami saya pergi ke belakang mengambil parang dengan waktu yang sama polisi itu lari ke mobil ambil senjata api laras panjang. Suami saya pun langsung merapat, namun dengan cepat polisi menembak, untuk pertama kali ke arah dada dan suami saya langsung terjatuh”
“Tapi suami saya masih bisa bangun langsung membalas membacok lengan polisi itu, kemudian suami saya ditembak lagi terdengar 7 kali tembakan, dengan tembakan yang kedua ke leher suami saya”
“Suami saya pun jatuh tetingkap, dan saat itu pula langsung di keroyok beberapa orang sampai tulang suami saya patah bagian bahunya”
“Saya dan anak berserta ibu saya tersentak. Kami tidak ada daya upaya yang bisa dilakukan, kami hanya bisa meratap dan melihat kejadian depan mata kepala sendiri. Keluarga kami merasa diserang dihakimi seperti penjahat,” beber istri korban.