Ketapang, Nusantaranews86.id – Aliansi Jurnalis Ketapang melakukan pertemuan tatap muka bersama warga Kecamatan Sandai di Warkop Weni Kamis (25/04/2024) siang. Pertemuan tatap muka tersebut merupakan tindaklanjut dari program AJK mendengar.
Dalam pertemuan tatap muka ini dihadiri oleh sejumlah elemen masyarakat Kecamatan Sandai yang terdiri dari beberapa desa, mulai dari tokoh pemuda, tokoh masyarakat, aparatur desa dan ormas lainnya.
Sulitnya lapangan pekerjaan dan infrastruktur jalan di beberapa desa yang rusak menjadi keluhan warga
Hal tersebut diungkapkan salah satu pemuda Sandai, Dian, yang mengaku sulitnya mendapatkan lapangan pekerjaan bagi lulusan SMA Sederajat di perusahaan yang ada di Kecamatan Sandai.
“Ironisnya malah pihak perusahaan banyak mengambil tenaga kerja atau karyawan dari luar daerah, harusnya hadirnya perusahaan bisa menciptakan lapangan pekerjaan bagi warga setempat dulu, ini malah terbalik,” ungkapnya belum lama ini.
Untuk itu, Dian meminta pemerintah khususnya dinas terkait untuk menjadikan hal ini perhatian khusus, agar hadirnya perusahaan di Kecamatan Sandai tercipta simbiosis mutualisme.
Sementara itu, salah satu warga Desa Muara Jekak, Asram, mengeluhkan Jembatan yang rusak dan sering menyebabkan korban kecelakaan.
“Kami minta kepada pemerintah, dinas terkait dan anggota dewan terpilih dari Sandai, untuk memperhatikan jembatan tersebut karena sering menelan korban kecelakaan,” harapnya.
“Selain itu, kami minta juga pihak perusahaan untuk mengeluarkan CSR nya, karena kami nilai selama ini kalau masalah mengeluarkan CSR perusahaan sangat sulit,” timpalnya.
Senada dengan Asram, Mulyadi yang merupakan warga sandai, juga mengeluhkan Infrastruktur jalan di sungai tuak (Daerah Pasar Sandai ) yang tidak pernah tersentuh oleh pemerintah kabupaten. Akibatnya warga yang melintas kerap mengalami kecelakan.
Tak hanya soal jalan rusak, Mulyadi juga mengeluhkan para pedagang ikan yang nakal yang masih berjualan di kaki lima pinggiran jalan yang bukan tempat seharusnya.
“Ada juga disini para pedagang ikan yang masih ngeyel yang berjualan di kaki lima pinggiran jajan, dan kami anggap itu mengganggu aktivitas jalan dan merusak tata kelola, padahal pemerintah sudah menyediakan tempat khusus untuk para pedagang ikan disini,” ungkapnya.
Maka dari itu, dirinya meminta pihak kecamatan atau kabupaten untuk bisa menerjunkan Satpol PP di Kecamatan Sandai untuk menertibkan pedagang nakal tersebut.
Sementara itu, Febri mendorong agar DOB Kabupaten Hulu Air segera terealisasi, Mewakili pemuda, dirinya berharap tidak menjadi penonton setelah DOB, sekaligus dirinya juga menagih janji dewan terpilih yang berasal dari sandai.
Dalam kesempatan yang sama, Iqbal juga mengeluhkan pelayanan SPBU Sandai yang kerap melayani pengisian BBM subsidi tangki siluman.
“Kalau di Sandai ini minyak di SPBU cepat habis, karena pihak SPBU melayani pengisian tangki siluman yang isinya kalau motor standar tangkinya 15 liter, jadi 30 liter, mobil yang 45 liter jadi 1 sampai 2 drum,” ungkapnya.
Tak hanya itu, dirinya juga mengeluhkan Gas LPG 3 kilo yang dikuasai oleh pedagang nakal, dan menjualnya dengan harga mahal.
“Kalau disini harga tukar tabung Gas LPG 3 kilo saya anggap tidak sesuai HET, karena mereka jual hinga 50 ribu pertabung,” jelasnya.
Sementara itu, Uti Rahap (Ilham) meminta adanya rumah adat melayu di Kecamatan Sandai, dengan melanjutkan pembangungan rumah adat yang sudah terbengkalai.
Selain itu, Renggi meminta adanya perhatian khusus terkait kasus narkoba yang kian marak di kecamatan sandai, efek dari hal tersebut banyak kenakalan remaja, dan pencurian.